Ginseng ternyata menyimpan sejuta cerita dan makna. Di sini, kita hanya mengenal ginseng sebagai “obat kuat”, mitos yang bahkan di negeri asalnya tak banyak diyakini kebenarannya.
Tanaman ginseng terbaik hanya tumbuh di Korea, karena kebutuhan akan kondisi geografis yang spesifik: tinggi, letak lintang, dan musim. Pembiakan dan perawatannya pun tak mudah. Dari seratus bibit yang ditanam rata2 hanya menghasilkan sepuluh tanaman ginseng terbaik yang berusia hingga enam tahun. Sisanya adalah ginseng yang sebagian besar kita kenal: menjadi minuman teh, bumbu masakan, hingga berbagai minuman yang menyimpan mitos “obat kuat”. Cukup pasti, itu justru sampingan, bukan yang utama. Ginseng putih atau merah hanya menyimpan satu warna. Sedangkan ginseng terbaik memiliki dua warna, menggambarkan Yin Yang.
Proses ini yang menurut saya lebih menarik dan menyimpan makna “kuat” yang lebih hakiki. Pemerintah Korea Selatan menjadikan budidaya ginseng sebagai program pemerintah dan ginseng terbaik ini menjadi produk unggulan kebanggan bangsa.
Ginseng diyakini berkhasiat meningkatkan imunitas. Konon banyak penyakit dapat dicegah dan diobati dengan aneka produk turunan dari ginseng terbaik ini. Tak heran rata2 orang Korea sehat hingga usia lanjut. Mereka punya tradisi yang sangat bagus turun-temurun. Waktu pandemi, Korea termasuk negara yang paling berhasil melawan pandemi dengan tingkat kematian yang rendah.
Tampaknya filosofi ginseng menjadi bagian penting dan perwujudan sikap hidup orang Korea. Mereka disiplin, pekerja keras, ulet, trampil, dan menghidupi keseimbangan yang sempurna.
Filosofi urip mung mampir ngombe ternyata dimaknai lebih dalam: minum ginseng. Tak sederhana, setidaknya kaya makna. Sekaya orang Korea menggali dan merawat filosofi kehidupan dari leluhur.
Semoga kita di Nusantara juga tiada henti menggali kekayaan tradisi, merawat, dan mengembangkannya. Agar tak sekadar minum, namun meneguh air kehidupan abadi.