Akhir Pekan Yang Menenteramkan di Lereng Merapi

Sungguh katarsis yang sarat nuansa dan makna. Akhir pekan kemarin saya habiskan di Omah Petroek, padepokan budaya milik Romo Sindhunata. Saya membantu Romo Setyo dan Pak Judo, menyelenggarakan Sekolah BASIS. Semacam tempat menyemai gagasan kepublikan sekaligus membangun komunitas yang semakin peduli dan menghayati panggilan masing2.

Jadilah kemarin sekitar 100 peserta, dari berbagai tempat dan beragam latar belakang, ngaji tentang politik dan urusan publik. Mereka juga berproses menulis. Tak sembarang menulis, mereka diampu para ahli, Ayu Utami, Romo Setyo, Romo Haryatmoko, dan lainnya.

Yang lebih spesial kemarin, saya mendengarkan langsung dari Romo Sindhu, asal muasal dan makna patung Bung Karno yang gagah itu, yang minggu lalu diresmikan Bu Mega. Bung Karno yang terlahir dan hadir kembali, di sebuah dusun mungil di lereng Merapi. Bung Karno yang hadir dalam denyut keseharian rakyat. Relung terdalam tempat ia menemukan Pancasila.

Semoga kami dapat terus menghidupi gagasan menyelenggarakan sekolah2 publik agar diskursus semakin diwarnai kontestasi gagasan, advokasi kebijakan, dan persemaian tunas2 muda yang akan mengemban estafet kepemimpinan di segala lini.

Omah Petroek memang bersahaja. Sebersahaja Romo Sindhu, empu segala bisa. Rohaniwan cum budayawan dan intelektual yang seluruh hidupnya diabdikan untuk menggali makna terdalam dari keseharian, bersama orang2 biasa yang luar biasa.
Romo Sindhu, Omah Petroek, dan (semoga) kita – adalah ikhtiar tiada henti mensyukuri karunia Tuhan yang mengejawantah dalam segala.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *