Tinggal sebulan lagi!

Tak terasa kita tiba di pengujung Mei. Aroma opor belum sirna, hawa damai saling memaafkan masih lekat dan terasa hangat. Ternyata, sebentar lagi Juni.Di bulan Juni, ada berbagai peristiwa penting yang layak dicatat. Tak hanya di sanubari, melainkan juga dalam laku diri. Selain Bulan Pancasila, Juni adalah tanda berakhirnya Program Pengungkapan Sukarela. Lalu apa sih istimewanya?

PPS adalah pemberian kesempatan terakhir bagi kita para wajib pajak untuk patuh secara sukarela. Deja vu dengan ungkap tebus lega enam tahun lalu ya? Memang program ini kelanjutan dari apa yang sudah ada. Tapi tentu saja nampak semua sama namun ada beda!
Kali ini tagline yang bergema: gotong royong, adil, setara. Pasca tax amnesty kepatuhan bergeliat meningkat. Ketika semua berbenah dan optimistik menyongsong pencapaian gemilang, ternyata pandemi menghadang. Tak sedikit yang ingin tetap patuh tapi yang tersisa hanya keluh.
Banyak yang terjaga dari tidur panjang ketidaktaatan dan takut pada hukuman yang menunggu. Pandemi mengabarkan banyak hal. Tapi satu yang pasti: gotong royong kita semakin kuat. Pandemi menempa kualitas kehidupan publik kita, tak terkecuali dengan pajak.
Ditjen Pajak terus bersiap. Kala pandemi seluruh energi dan kebijakan diabdikan untuk menghadapi dampak pandemi, kini kita fokus pada pemulihan ekonomi. Yang masih tertatih terus dibantu hingga pulih. Yang dapat bergeliat bangkit bahkan tampil prima diajak bekerja sama berbagi beban.
Maka PPS hadir agar gotong royong paripurna itu mengejawantah dalam jerih payah. Saling bantu antarwarga dan pelaku usaha. Adil karena yang mampu memikul beban lebih berat, tanpa rasa jumawa. Yang tertinggal tetap disangga karena prinsip pajak menjaga kedudukan setara.
Tinggal sebulan dan tak akan ada lagi. Jangan biarkan sesal dan galau menghinggapi karena kita tak secara semestinya menanggapi. Belum terlambat untuk berpartisipasi. Mari bergegas, saling gandeng menghalau cemas. Mari semakin bersatu kita akan makin kuat. Bahu-membahu meletakkan pondasi kemandirian. Bukan sekadar tentang saya dan Anda, tapi ini tentang kita.
Tentang merangkai cerita Indonesia yang didirikan di atas cita-cita amat mulia: negeri sejahtera adil dan merata. Jika ada panggilan dan kesempatan untuk berbakti, kenapa tak kita sambut dengan senang hati?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *