Nguri-uri Kabudayan

Campur Sari adalah seni tradisonal karya seniman kondang almarhum Bapak Manthous. Tak sekadar memasukan musik pentatonis dan diatonis, Campur Sari juga inovasi dan kreativitas yang menjadi terobosan penting dalam seni tradisional.
Campur Sari menjadikan seni tradisional tetap relevan, aktual, dan digemari. Tak terbilang seniman seniwati yang lahir dan dibesarkan era Campur Sari ini.
Saya tentu sangat bersyukur lahir dan dibesarkan di kampung kelahiran Manthous. Wilayah yang pernah dihinggapi virus Campur Sari. Kami patut bangga karena jalur musik ini menjadikan warisan tradisi Jawa tak lekang oleh waktu, tidak kuno dan ndeso. Sebaliknya, membuat girang riang, gembira penuh suka cita. Pelipur lara bagi yang patah hati, pembasuh luka yang sedang berduka.
Minggu lalu, dengan rasa bangga kami menggelar pertunjukan seni budaya Campur Sari untuk mengenang dan menghormati Manthous, sang maestro yang jadi legenda.
Semoga seni Campur Sari tetap di hati. Saya pribadi senang dilibatkan di pagelaran ini. Setidaknya menyaksikan putri saya Acyuta Amara nembang Campur Sari dengan cengkok dan gaya yang luwes.
Kiranya Pak Manthous bahagia dan gembira di sorga. Para ahli waris dan anak kandung seni juga terus disemangati berjuang. Campur Sari tak sekadar hiburan. Ia simbol kehadiran dan ekspresi manusia yang otentik apa adanya, dengan spirit pemenang, di tengah arus hidup yang menggerus identitas dan akar-akar primordialnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *