Jika Greys dan Apri adalah pengejawantahan spirit keindonesiaan, sudah layak dan sepantasnya mereka kita jadikan model terbaik. Tak sekadar dipersatukan untuk bersorak, gemetar, mengepalkan tangan, dan memekik di depan layar kaca – kita diundang untuk mengejawantahkan spirit itu dalam tindakan bersama demi kebaikan bersama. Indonesia pasti bisa, terima kasih Greys dan Apri, kami sungguh berutang dan bangga!
Senin 2 Agustus 2021, tepat ketika matahari berada di titik puncak, jutaan pasang mata terpatri di depan layar kaca atau gawai. Semua bergeming, kadang dengan raut tegang dan sesekali mengekspresikan emosi dengan berteriak atau mengepalkan tangan. Hingga kita lupa sedang menghadapi pandemi yang mengoyak perasaan dan menghadirkan lara. Namun dua hal ini terpilin oleh satu benang kisah yang sama: tentang perjuangan, tentang ikhtiar.
Ya, kemarin siang Greysia Polii/Apriyani Rahayu, ganda putri bulutangkis Indonesia, menjadi pahlawan. Mereka tak sekadar menyumbang satu-satunya emas Indonesia yang membuat Indonesia Raya berkumandang di ajang Olimpiade Tokyo. Lebih dari itu mereka menghadirkan harapan akan banyak hal. Harapan berakhirnya paceklik dan dahaga prestasi, harapan tentang perjuangan tak kenal lelah, dan harapan adanya cermin bahwa proses tak akan mengkhianati hasil. Tak ada yang instan, tiba-tiba. Perjuangan Greysia/Apriyani bak pencelik mata bahwa pandemi pun dapat dilawan dan diakhiri dengan meminjam metafor olahraga.
Ada satu hal yang konsisten terpancar dalam tiap laga Greysia/Apriyani di Olimpiade kali ini: mereka tenang dan riang. Di setiap momen, baik unggul maupun tertinggal, berhasil mendaratkan pukulan atau gagal menangkis smash, mereka berbagi senyum, berjabat tangan, dan kadang saling peluk. Apriyani sangat menaruh hormat pada Greysia, senior yang usianya jauh di atasnya. Dalam beberapa kesempatan bahkan terekam Apri mencium tangan Greysia. Sebaliknya, Greysia tak sekadar pasangan, melainkan juga mentor yang tangguh, sabar, dan menginspirasi. Ia tak hanya bersiasat, tetapi sekaligus menjaga ritme permainan dan mengelola emosi. Dua hal yang amat penting dalam laga krusial.
Alhasil kemenangan Greysia/Apriyani, pasangan non-unggulan, bukan sekadar kejutan tiba-tiba. Tahap demi tahap mereka lalui secara meyakinkan. Meminjam Stephen Covey, mereka bersikap proaktif dan meletakkan tujuan akhir dalam tiap tindakan. Gerak gerik yang diekspresikan secara alami itu sinyal cukup meyakinkan bahwa mereka siap untuk menang, sangat layak menjemput medali emas. Mereka secara meyakinkan menekuk pasangan Korea unggulan ke-4 Lee So-hee/Shin Seung-chan dan unggulan pertama dari Jepang Yuki Fukushima/Sayaka Hirota, sebelum menaklukkan unggulan ke-2 Chen Qing-chen/Jia Yifan di final. Kemenangan pertama ganda putri di ajang Olimpiade sejak pertama kali digelar tahun 1992, sekaligus memberi harapan bahwa ganda putri Indonesia sanggup bersaing di kancah dunia.
Greysia Polii, 33 tahun, adalah veteran di ganda putri Indonesia. Ia pernah tampil di Olimpiade London 2012 berpasangan dengan Meiliana Jauhari, dan sebelumnya berpasangan dengan Jo Novita di Piala Uber 2004. Sempat mengalami kegetiran ketika didiskualifikasi di Olimpiade London 2012, Greys berpasangangan dengan Nitya Krishinda Maheswari mencapai perempat final Olimpiade Rio de Janiero 2016. Saat Nitya cedera, Greys pun ingin gantung raket hingga Eng Hian, pelatihnya sejak 2014 memintanya tinggal sejenak untuk mendampingi para junior, termasuk Apriyani Rahayu. Ternyata tak sekadar mendampingi, Greys dan Apri cocok luar dalam menjadi pasangan ganda putri yang tangguh dan berprestasi.
Tangan Tuhan yang menuntun perjumpaan dua perempuan hebat ini. Greys yang hampir pensiun dan baru saja kehilangan kakak tercinta yang selama ini menggantikan peran sebagai orang tua, tertantang untuk menggapai puncak prestasi. Apriyani, gadis 23 tahun asal Konawe Sulawesi Tenggara juga berani menerima tantangan hebat. Ia tangguh ditempa pengalaman di keluarganya yang sederhana. Ayahnya kerap meminjam uang demi membiayai putrinya mengikuti berbagai turnamen. Kini perjuangan ekstra keras, ketekunan, dan fokus pada hasil terbaik telah mereka lunasi. Emas Olimpiade Tokyo 2020 tak sekadar pencapaian luar biasa, melainkan pelipur lara bagi bangsa Indonesia dan penyemangat untuk bergegas menghadapi dan menaklukkan pandemi.
Kemenangan Greysia/Apriyani bak halte perhentian yang menyediakan momen refleksi paripurna. Kita dipersatukan oleh hal-hal baik yang dimiliki olahraga, yaitu fairness, kompetisi yang sehat, aturan main yang jelas dan tegas, sikap hormat dan ksatria. Menangani pandemi tentu saja butuh ikhtiar lebih besar, tak hanya oleh Pemerintah tapi segenap elemen masyarakat. Cukup pasti, dengan bersatu dan bersinergi kita akan makin kuat dan hebat. Dibutuhkan kesabaran, ketelatenan, kerja keras, komunikasi yang baik, saling peduli dan menjaga – demi satu tujuan bersama. Greysia dan Apriyani mengingatkan bangsa ini bahwa kita punya kekayaan adiluhung yang harus dipupuk, dirawat, dan dioptimalkan. Kita tak boleh tunduk pada garis nasib yang didasari sikap masa bodoh dan malas, tetapi musti dilecut oleh daya juang yang berkobar untuk menggapai hasil terbaik.
Semoga momen emas Greysia/Apriyani menjadi momen bersatunya kembali segenap elemen bangsa yang dipanggil untuk memeluk, menjaga, dan merawat Ibu pertiwi yang sedang lara. Kiranya aneka perbedaan tak membuat kita bermusuhan, sebaliknya saling memperkaya dan menyempurnakan. Tak ada yang perlu dirisaukan jika kita dimampukan mengekang birahi egoistik dan mengutamakan kepentingan publik di atas segalanya. Bagaimana memperlakukan liyan sebagai pribadi yang harus dihormati dan diberdayakan, dalam keseluruhan otentisitas dan kemanusiaan yang hakiki. Jika Greys dan Apri adalah pengejawantahan spirit keindonesiaan, sudah layak dan sepantasnya mereka kita jadikan model terbaik. Tak sekadar dipersatukan untuk bersorak, gemetar, mengepalkan tangan, dan memekik di depan layar kaca – kita diundang untuk mengejawantahkan spirit itu dalam tindakan bersama demi kebaikan bersama. Indonesia pasti bisa, terima kasih Greys dan Apri, kami sungguh berutang dan bangga!
Bekasi, 3 Agustus 2021
Salam hangat, salam sehat