Teruntuk para sahabat dalam kasih,
Di Senin pagi yang sedikit mendung, dalam suasana Paskah yang diliputi duka karena bencana di NTT, perkenankan saya menghaturkan terima kasih kepada Anda semua, untuk doa dan perhatian yang diberikan di hari kelahiran saya.
Sungguh perhatian dan dukungan yang amat bermakna sekaligus menguatkan, meski saya harus mengawali dengan permohonan maaf karena sebagai teman di jejaring sosial, saya kerap gagal memberi perhatian yang lebih baik layaknya seorang sahabat. Sebagai balasan untuk kebaikan ini, saya membawa Anda semua dalam doa saya, kiranya Tuhan pun senantiasa melimpahkan berkat sehat, damai, dan sejahtera untuk Anda semua.
Kelahiran adalah peristiwa umum tapi unik. Paradoksal. Semua orang hadir di dunia melalui peristiwa kelahiran, tak ada yang istimewa. Namun kehadiran pribadi baru di dunia jelas peristiwa spesial dan unik, karena dibingkai makna yang memiliki sejarah tersendiri, lain dari yang lain. Ia adalah kisah yang mungkin amat personal hingga hanya diri kita yang mampu menyelami kedalaman makna dan menangkap pesan di baliknya.
Bagi saya pribadi, kelahiran di dunia jelas sebagai sebuah keterberian, keterlemparan yang harus dihadapi dan dihidupi. Ini adalah panggilan yang terus saya cari dan tangkap maksudnya, seraya menimba pengetahuan, kebajikan, dan teladan dari sesama – sebagai rekan sepenziarahan menuju Sangkan Paraning Dumadi.
Saya berupaya menanam benih baik, dalam intensi dan syafaat, dengan segala keterbatasan, kerap diwarnai kejatuhan. Dan saya bersyukur lantaran tiap hari saya memanen berkat baik, bukan karena kebaikan saya tapi hanya kemurahan Tuhan belaka. Ia memberi saya orang tua yang baik, sahabat yang baik, istri dan anak-anak yang baik. Tak ada alasan secuil pun untuk menebar benci, cela, umpatan, atau gugatan, bahkan sekadar gerutu ketidakpuasan.
4 April 2021 jatuh bersamaan di Hari Raya Paskah. Saya terdiam dalam hening, mendengarkan suara Tuhan yang bersemayam di palung hati. Mencoba menerima ini bukan sebagai sebuah kebetulan, tetapi suatu keterhubungan. Paskah adalah momen paradoksal: untuk menang harus melalui jalan kekalahan dan penderitaan. Agar hidup kekal musti menaklukkan kematian. Supaya mata rantai kekerasan terputus harus mengalah sepenuhnya. Salib adalah kutuk dan kehinaan, yang padanya Tuhan berkenan.
Kebangkitan adalah momen transformatif yang hadir tiap hari, tiap saat. Ia adalah pelukan dan uluran tangan Tuhan agar kita terus diangkat untuk semakin baik lagi. Aneka masalah, kesulitan, kejatuhan bukanlah akhir. Justru di baliknya selalu ada harapan, sepanjang kita menyandarkan pada kuasaNya yang telah mengalahkan maut dan menyediakan jalan kasih.
Saya diingatkan Tuhan untuk terus setia memeluk jalan paradoks ini. Semoga saya dimampukan untuk terus membarui diri, siap untuk bangkit dan lebih baik, dan menyandarkan diri sepenuhnya pada pemeliharaan Tuhan. Tentu saja perjalanan ini akan sangat berat dan melelahkan, bahkan berujung pada keputusasaan, jika saya tak ditopang tangan orang-orang yang mengasihi saya. Untuk itu, sekali lagi saya ingin berterima kasih pada Anda semua yang menyediakan diri menjadi sahabat yang sangat baik.
Semalam, dengan kue mungil, sepasang lilin dan salib kecil, doa-doa spontan mengalir dari lubuk hati istri dan kedua anak saya yang amat saya cintai. Tak ada pesta, tak ada gegap gempita. Salib dan cahaya itulah ungkapan paling otentik dari kami yang mencintai kehidupan, dalam kebersamaan yang senantiasa kami syukuri. Terima kasih Tuhan untuk semua kebaikan, berkat, dan penyertaanMu. Jadikan aku alatMu, pembawa damai, cinta, suka cita, dan harapan.
Bekasi, 5 April 2021
Salam dan doa
YP
Mantabbb
Bravo pak Yustinus.