Yesus Naik, Terus Kenapa?

Kata ‘naik’ sangat lekat dengan keseharian kita. Ada yang bernada positif: naik kelas, naik pangkat, atau naik gaji, meski ada pula yang berkonotasi negatif: harga naik, naik pitam. Tetapi secara umum naik mengacu pada sebuah gerak, dinamika, atau perubahan. Dan ’naik’ tentu lebih akrab dengan makna yang baik lantaran hal-hal yang di atas umumnya dianggap lebih tinggi, lebih mulia, dan bernilai.

Hari ini Yesus naik ke sorga. Lalu apa maknanya? Sorga kerap dibayangkan sebagai tempat indah di ketinggian, di atas langit, tahta Allah yang mahatinggi, penuh kemuliaan. Yesus adalah Sabda Allah (logos) yang berinkarnasi menjadi daging, yaitu Anak Allah yang hidup abadi di kemuliaan kini menjadi Anak Manusia, yang hidup di dunia bersama dengan kita di dunia. itulah proses turun ke dunia. Menjamah dan hidup bersama mereka yang di bawah: lemah, miskin, papa, terpinggirkan, berdosa.

Allah yang mengaruniakan anak tunggal-Nya karena sedemikian cinta pada manusia. Allah menghendaki semua manusia selamat, tidak jatuh dalam kubangan dosa dan beroleh maut. Tapi ternyata manusia kerap gagal, jatuh, dan tak mampu bangkit. Ia butuh penolong yang bisa bercakap dan hidup bersama, ditiru dan diteladani gerak gerik dan tindakannya. Menyatunya kata dan perbuatan. Yesus, sang guru yang mencerahi, sang tabib yang menyembuhkan, sang mahacinta yang menyapa para pendosa, juga sang pembaru yang mendobrak tatanan munafik para elite politik dan rohaniwan.

Yesus yang sepanjang hidupnya fokus pada misi penyelamatan. Membawa kabar gembira dan mengajak orang bertobat. Seluruh ajarannya adalah welas asih, sikap rendah hati, nirkekerasan, dan tiada henti menawarkan diri. Ia gembala baik, yang bertanggung jawab atas nasib kawanan domba. Ia sekaligus pemimpim-pelayan, yang tidak seperti teroris mengorbankan nyawa banyak orang sebagai pecundang gila sorga, tetapi memberi diri untuk menjalani laku derita, menjadi kurban yang disiksa, dicemooh, dihina, dan mati di tiang salib.

Ia sadar dengan misinya harus sempurna dengan memasuki kota suci Yerusalem. Jalan kemuliaan itu mesti ditempuh dengan jalan derita. Ia sadar hanya dengan memeluk seluruh kelemahan dunia, keselamatan bisa diwujudkan. Ia memberi teladan paripurna. Jalan keselamatan harus diupayakan dengan melibati dunia namun tak jatuh ke dalam rupa2 pencobaannya. Kenapa? Karena fokus pada yang di atas. Ia mati di salib, lalu dibangkitkan dan hidup.

Yesus naik ke sorga dari tempat dekat Bukit Zaitun. Itu tempat Yesus berdoa terakhir kalinya sebelum disalib. Kemuliaan amat dekat dengan penderitaan, dan doalah yang menghubungkannya. Doa memampukan rahmat Tuhan bekerja. Ketika naik ke sorga, ada dua hal yang menarik dicermati. Sebelum Yesus yang naik ke sorga, Ia mengangkat tangan dan memberkati para murid. Ia menunjukkan diri sebagai Imam Besar – yang mati, bangkit, dan dimuliakan. Ia naik ke sorga, membawa kemenangan, harapan – dan terlebih mendahului membukakan jalan.

Pemimpin-pelayan sejati, mau memberi contoh dan mendahului, bukan hanya memerintah dan mengawasi. Para murid setelah Yesus terangkat ke sorga lalu meninggalkan tempat itu dengan wajah berbunga-bunga. Perpisahan yang umumnya membawa kesedihan ternyata membawa sukacita. Kenapa? Karena mereka tahu Yesus memberi jaminan bahwa yang percaya pada Dia akan bangkit dan naik ke sorga bersama Dia.

Ia menjanjikan penyertaan melalui Roh Kudus. Para murid berbinar dan berkobar karena sadar dan percaya mereka tidak sendiri, namun senantiasa disertai Tuhan melalui Roh Kudus. Mereka dibersamai dan diutus menjadi saksi. Hidup baru pasca peristiwa kenaikan adalah hidup yang berani bersaksi, menghadirkan hidup Yesus sendiri. Walk the talk, led by example. Layaknya seorang remaja yang dilepas orang tuanya untuk studi di kota lain. Dilepas namun tak dibiarkan. Justru diikat oleh kasih dan semangat yang sama. Itulah mukjizat peristiwa kenaikan: perutusan yang melipatgandakan karya Yesus ke segala ujung bumi!

Rasul Paulus menegaskan dengan sangat baik dalam Surat kepada Jemaat Kolose. “Kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkan perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama Kristus di dalam Allah. Karena itu, matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala.”

Hidup baru yang memandang ke atas adalah melibati dunia tetapi sekaligus bersaksi tentang yang baik, seraya memandang pada Dia yang naik ke sorga, yang mulia. Peristiwa kenaikan adalah penyempurnaan dari kesediaan turun. Kepenuhan iman Kristen adalah penghayatan misteri inkarnasi. Suatu gerak ilahiah yang paradoksal: yang mulia sekaligus hina, yang di ketinggian tetapi turun ke kubangan kotor, raja penyelamat yang mati di tiang salib, yang turun dan sekaligus naik.

Selamat menghayati peristiwa kenaikan. Selamat meresapi makna turunnya Sang Sabda. Selamat melibati aneka simpang siur dunia. Selamat menantikan turunnya Roh Kudus yang akan mengobarkan hati untuk membawa pembaruan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *